Sejarah kopi tak bisa dilepaskan dari aspek spritual dan hegemoni politik yang menyertainya. Fase awal penemuan kopi kental dengan ornamen sakral menempatkan kopi sebagai menu yang dihidangkan bagi para sufi.
Namun, pada saat yang sama, muncul pula penentangan yang mengakibatkan label sesat bagi para peminum kopi. Era ini bisa disebut sebagai era kegelapan dalam sejarah penemuan kopi.
Meskipun demikian, ada ungkapan menarik yang sejalan dengan pandangan fisikawan kuantum, Werner Heisenberg.
Menurutnya, dalam tegukan pertama “secangkir sains” akan membuatmu menjadi seorang ateis, tetapi di dasar gelas, Tuhan sedang menantimu. Ungkapan ini menggambarkan bahwa kopi memiliki sisi spiritual yang mungkin hanya dapat dirasakan melalui pengalaman yang mendalam.
Setelah fase tersebut, para peminum kopi memasuki era pencerahan. Ini ditandai dengan runtuhnya monarki absolut di Perancis, di mana kopi menjadi simbol demokrasi yang berarti pada masa itu. Era ini menandai bahwa kopi tidak hanya menjadi minuman, tetapi juga simbol nilai-nilai demokrasi yang dijunjung tinggi.
Saat ini, peminum kopi telah memasuki fase ketiga dalam sejarahnya. Era pertama dan kedua coba dipadukan menjadi satu. Minum kopi tidak hanya sebatas menikmati rasa dan aroma, tetapi juga melibatkan kekuatan berkeyakinan dan kedaulatan sebagai insan di muka bumi ini.
Kedaulatan yang dimaksud bisa mencakup kedaulatan sebagai bangsa dan kedaulatan sebagai individu sebagai insan. Ngopi menjadi simbol hak setiap bangsa untuk menikmati kebebasan dan kekayaan yang diberikan oleh kopi.
Tidak hanya itu, ngopi juga mencerminkan hak setiap individu untuk mengekspresikan dirinya, membangun keyakinan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan saling berbagi, ngopi juga mencerminkan kesatuan dan persatuan antarbangsa. Minuman ini tidak mengenal batasan geografis atau perbedaan budaya. Kopi menjadi bahasa universal yang dapat menghubungkan dan memperkuat ikatan di antara kita.
Dengan demikian, ngopi bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga sebuah simbol yang melambangkan sejarah, spiritualitas, demokrasi, kebebasan, kekayaan, dan persatuan antarbangsa.
Sebagai manusia, kita memiliki hak untuk menikmati dan merayakan keanekaragaman ini, serta menghormati dan menjunjung tinggi kedaulatan setiap individu dalam mengekspresikan diri mereka.
Dalam akhir tulisan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa ngopi adalah hak segala bangsa dan hak segala insan. Mari kita nikmati secangkir kopi sambil merenungkan sejarahnya yang kaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta terus berjuang untuk menjaga kedaulatan dan kebebasan dalam kehidupan
Sejarah kopi tak bisa dilepaskan dari aspek spritual dan hegemoni politik yang menyertainya. Fase awal penemuan kopi kental dengan ornamen sakral menempatkan kopi sebagai menu yang dihidangkan bagi para sufi.
Namun, pada saat yang sama, muncul pula penentangan yang mengakibatkan label sesat bagi para peminum kopi. Era ini bisa disebut sebagai era kegelapan dalam sejarah penemuan kopi.
Meskipun demikian, ada ungkapan menarik yang sejalan dengan pandangan fisikawan kuantum, Werner Heisenberg.
Menurutnya, dalam tegukan pertama “secangkir sains” akan membuatmu menjadi seorang ateis, tetapi di dasar gelas, Tuhan sedang menantimu. Ungkapan ini menggambarkan bahwa kopi memiliki sisi spiritual yang mungkin hanya dapat dirasakan melalui pengalaman yang mendalam.
Setelah fase tersebut, para peminum kopi memasuki era pencerahan. Ini ditandai dengan runtuhnya monarki absolut di Perancis, di mana kopi menjadi simbol demokrasi yang berarti pada masa itu. Era ini menandai bahwa kopi tidak hanya menjadi minuman, tetapi juga simbol nilai-nilai demokrasi yang dijunjung tinggi.
Saat ini, peminum kopi telah memasuki fase ketiga dalam sejarahnya. Era pertama dan kedua coba dipadukan menjadi satu. Minum kopi tidak hanya sebatas menikmati rasa dan aroma, tetapi juga melibatkan kekuatan berkeyakinan dan kedaulatan sebagai insan di muka bumi ini.
Kedaulatan yang dimaksud bisa mencakup kedaulatan sebagai bangsa dan kedaulatan sebagai individu sebagai insan. Ngopi menjadi simbol hak setiap bangsa untuk menikmati kebebasan dan kekayaan yang diberikan oleh kopi.
Tidak hanya itu, ngopi juga mencerminkan hak setiap individu untuk mengekspresikan dirinya, membangun keyakinan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan saling berbagi, ngopi juga mencerminkan kesatuan dan persatuan antarbangsa. Minuman ini tidak mengenal batasan geografis atau perbedaan budaya. Kopi menjadi bahasa universal yang dapat menghubungkan dan memperkuat ikatan di antara kita.
Dengan demikian, ngopi bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga sebuah simbol yang melambangkan sejarah, spiritualitas, demokrasi, kebebasan, kekayaan, dan persatuan antarbangsa.
Sebagai manusia, kita memiliki hak untuk menikmati dan merayakan keanekaragaman ini, serta menghormati dan menjunjung tinggi kedaulatan setiap individu dalam mengekspresikan diri mereka.
Dan pada akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa ngopi adalah hak segala bangsa dan hak segala insan.
Mari kita nikmati secangkir kopi sambil merenungkan sejarahnya yang kaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta terus berjuang untuk menjaga kedaulatan dan kebebasan dalam kehidupan. [*]