Berita

Begini Analisis Hubungan Prabowo – Jokowi Paska Pelantikan Presiden 20 Oktober 2024

Tim Redaksi
56
×

Begini Analisis Hubungan Prabowo – Jokowi Paska Pelantikan Presiden 20 Oktober 2024

Sebarkan artikel ini
Prabowo Jokowi
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (Dokumentasi Khusus)

ININEWS – Fenomena politik antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) merupakan salah satu dinamika politik paling menarik di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir.

Diketahui Prabowo dan Jokowi bersaing ketat dalam dua pemilihan presiden berturut-turut. Pada 2014, Jokowi mengalahkan Prabowo dengan perolehan suara sekitar 53% berbanding 47%.

Sementara pada 2019, Jokowi kembali menang dengan selisih suara yang lebih besar, yaitu sekitar 55% berbanding 45%. Kedua pemilihan ini menunjukkan persaingan politik yang sangat intens antara keduanya.

Meskipun awalnya memulai sebagai rival politik, keduanya mampu bertransformasi menjadi mitra kerja dalam pemerintahan, yang mencerminkan dinamika politik yang kompleks namun penuh dengan kemungkinan untuk kerjasama dan pembangunan.

Setelah kekalahan pada 2019, Prabowo menerima tawaran Jokowi untuk menjadi Menteri Pertahanan. Ini adalah langkah yang mengejutkan banyak pihak, mengingat rivalitas sengit di antara mereka.

Keputusan ini dipandang sebagai upaya Jokowi untuk merangkul oposisi dan membentuk pemerintahan yang lebih inklusif.

Pengangkatan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan juga mencerminkan pragmatisme politik Indonesia, di mana koalisi besar sering kali dibentuk untuk menjaga stabilitas politik dan mengurangi ketegangan.

***

Bagaimanapun, Prabowo Subianto telah ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2024 berpasangan dengan putera Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang didapuk sebagai Wakil Presiden.

Tidak sedikit pihak yang mulai berspekulasi mengenai hubungan Prabowo – Jokowi paska pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang dijadwalkan pada 20 Oktober 2024 mendatang.

Ada yang menyebut, ibarat orang buta yang telah mendapatkan penglihatannya kembali, hal pertama yang akan dilakukannya adalah membuang tongkat yang selama ini membantunya berjalan.

Analogi itu coba diterapkan pada konteks hubungan antara Prabowo Subianto dengan Joko Widodo saat Prabowo telah memegang kekuasaan penuh atas Republik ini nanti. Apakah akan demikian?

Analisis hubungan antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo setelah pelantikan Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia dapat didasarkan pada beberapa faktor kunci, termasuk dinamika politik, sejarah hubungan keduanya, serta situasi politik dan ekonomi nasional dan internasional.

Analisis Hubungan Prabowo – Jokowi Paska 20 Oktober 2024

Redaksi ININews mencoba melakukan analisis hubungan antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) setelah pelantikan Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia dapat didasarkan pada beberapa faktor kunci.

Diantara faktor tersebut adalah soal dinamika politik, sejarah hubungan keduanya, serta situasi politik dan ekonomi nasional dan internasional.

Dari analisa aspek sejarah hubungan antar keduanya, ada dua poin menarik yang bisa kita cermati, yaitu:

(1) Kompetisi dan Koalisi

Prabowo dan Jokowi telah bersaing dalam pemilihan presiden pada tahun 2014 dan 2019.

Meskipun Prabowo kalah dalam kedua pemilihan tersebut, pada tahun 2019, ia kemudian diangkat menjadi Menteri Pertahanan dalam kabinet Jokowi, yang menunjukkan adanya upaya untuk merangkul lawan politik dan membangun koalisi yang lebih luas.

(2) Kooperasi dalam Pemerintahan

Kehadiran Prabowo dalam kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan menunjukkan bahwa kedua tokoh tersebut dapat bekerja sama meskipun memiliki latar belakang politik yang berbeda.

Hal ini menandakan kemungkinan besar adanya kelanjutan hubungan kerja sama setelah pelantikan Prabowo sebagai presiden.

Analisa berikutnya dapat dilihat dari aspek dinamika politik, dimana kemungkinan akan terjadi transisi kekuasaan atau langgengnya peran politik Jokowi.

(3) Transisi Kekuasaan

Jika Prabowo dilantik sebagai presiden, transisi kekuasaan dari Jokowi kemungkinan besar berjalan lancar, mengingat keduanya telah bekerja sama dalam pemerintahan sebelumnya.

(4) Peran Jokowi

Setelah masa jabatannya berakhir, Jokowi mungkin tetap memiliki pengaruh signifikan dalam politik Indonesia, baik melalui partai politiknya, PDI-P, maupun melalui dukungannya terhadap kebijakan dan inisiatif tertentu dari pemerintahan Prabowo.

Dari sisi kebijakan dan visi pemerintahan, kemungkinan dapat terjadi dua hal yang berbeda, yakni keberlanjutan atau kontinuitas kebijakan, atau munculnya perbedaan pendekatan yang ditempuh oleh Prabowo.

(7) Kontinuitas Kebijakan

Prabowo mungkin melanjutkan beberapa kebijakan utama dari pemerintahan Jokowi, terutama yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(8) Perbedaan Pendekatan

Meskipun ada kontinuitas, Prabowo mungkin juga memperkenalkan kebijakan baru yang sesuai dengan visinya.

Perbedaan ini bisa mencakup pendekatan terhadap keamanan nasional, hubungan luar negeri, dan kebijakan ekonomi.

Terakhir, hubungan keduanya dapat dianalisa dari aspek kondisi ekonomi dan situasi internasional yang sedang terjadi belakangan ini.

(9) Kondisi Ekonomi

Hubungan antara kedua tokoh ini akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi nasional. Jika Prabowo dapat mengelola ekonomi dengan baik, hubungan dengan Jokowi kemungkinan besar tetap positif.

(10) Dinamika Internasional

Hubungan Indonesia dengan negara-negara lain juga akan memainkan peran penting. Keduanya mungkin harus berkolaborasi dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketegangan geopolitik, dan pandemi.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, hubungan antara Prabowo dan Jokowi setelah pelantikan Prabowo sebagai presiden kemungkinan besar akan didasarkan pada saling menghormati dan kerja sama, mengingat sejarah kolaborasi mereka dan kebutuhan untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi di Indonesia.

Namun, perbedaan dalam visi dan kebijakan bisa mempengaruhi dinamika hubungan mereka di masa depan. [*]